Pages

Indahnya Pedesaan

Sample Text

Ads 468x60px

Featured Posts

Senin, 26 Desember 2011

Jembatan Batu Lolong (Ebiet G. Ade)

Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih menikam sepi pagi
.......................Next Liric..Here

JIKA Anda mengaku penggemar Ebiet G Ade, pasti tahu penggalan syair lagu di atas. Ya, itulah lagu Lolong yang pernah populer di tahun 1980-an.
Lagu ini menggambarkan panorama Desa Lolong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, terutama Jembatan Lolong yang menginspirasi penyanyi balada kelahiran Banjarnegara itu. Eksotisme jembatan batu yang melengkung itu pernah dilihat Ebiet tatkala berkunjung ke desa itu, beberapa waktu lalu.
Gemericik air yang jernih dan panorama indah di sekitar jembatan, ditambah kesejukan udaranya, membuat siapapun betah tinggal berlama-lama dan merenungkan banyak hal, temasuk mengagungkan kebesaran Tuhan atau mencipta lagu.
Melihat kondisinya yang masih kokoh, sebagian besar orang mengira jembatan gantung itu baru dibuat pada tahun 1980-an. Padahal jembatan ini dibangun pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1927, atau 82 tahun yang lalu.
Jembatan sepanjang 25 meter yang melintas di atas Sungai Sengkarang itu menjadi salah satu kebanggan warga desanya.
Jembatan itu menjadi saksi kegigihan para pejuang Pekalongan saat menghadapi tentara penjajahan Belanda.
Sabtu 8 agustus 2009 kemarin pelantun lagu balada Ebiet G Ade, disela-sela pementasannya di gedung DPRD Kabupaten Pekalongan kemarin, menyempatkan diri mengunjungi situs sejarah salah satu diantaranya jembatan Lolong.
"Dulu, di bawah jembatan itu terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia dan penjajah Belanda," tutur ketua Klaster wisata Kabalong Ibnu Sudiyono.
Tidak jauh dari tempat itu, terdapat Dusun Karanganjing yang menjadi tempat pembuangan mayat para pejuang yang gugur di medan laga. Sebagian besar pejuang Pekalongan yang sekarang masih hidup, pasti tahu pertempuran di bawah Jembatan Lolong.
Jembatan itu telah menjadi situs sejarah dan banyak menyimpan cerita. Salah satunya adalah keyakinan kalau ada gadis yang mandi pada Jumat Kliwon di sekitar Jembatan Gantung, tepatnya di antara pertemuan Sungai Sengkarang dan Wisnu, maka dia akan cepat mendapat jodoh.
Tidak heran jika dulu banyak gadis yang mandi bersama saat Jumat Kliwon. Sekarang situasinya sudah berubah, karena persoalan etika. Tidak banyak lagi perempuan lajang yang melakukan ritual tersebut.

1 komentar:

  1. Jembatan lolong memang unik.sungainya juga masih jernih alami, namun kesejukan udaranya sudah mulai hilang tak mampu membendung kerasnya pemanasan global yang terjadi beberapa tahun terakhir ini

    BalasHapus